VIVA.co.id - Penyerang Bayern Munich Robert Lewandowski telah menjadi bintang sepakbola baru. Dia adalah pemain yang turun dari bangku cadangan, lalu mencetak lima gol hanya dalam lima menit awal musim ini. Klub-klub raksasa Eropa pun tak peduli nilai transfer, asal bisa mendapatkannya.
Dilansir dari Sports Mail pada Minggu, 31 Januari 2016, sudah lebih dari empat dekade tidak ada kerjasama menakutkan di Bayern Munich, sejak masa Uli Hoeness dan Gerd Mueller. Keduanya memberikan tiga trofi Eropa, selama tiga tahun berturut-turut antara 1974-1976.
Duet mengerikan di barisan depan, kini hadir lagi di Allianz Arena melalui kerjasama Lewandowski dan Thomas Mueller. Di Polandia, negara asal Lewandowski, kini terjadi perdebatan tentang pemain terhebat sepanjang masa. Zbigniew Boniek, Kazi Deyna, Grzegorz Lato atau Lewandowski.
Melihat pencapaian Lewandowski sekarang, sulit mencerna kenyataan, bahwa Lewandowski pernah menjadi pemain yang terbuang. Namun musim ini memang luar biasa, diwarnai bukan cuma satu kisah pemain yang mengalami loncatan performa dan popularitas.
Di Premier League ada penyerang dan gelandang Leicester City, Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, serta penyerang Arsenal Olivier Giroud. Mereka tidak dipandang saat remaja. Vardy dan Mahrez, bahkan musim lalu belum dianggap sebagai pemain bertalenta.
Lewandowski mulai menanjak karirnya beberapa musim lalu, setelah diboyong dan diasah Juergen Klopp di Borussia Dortmund. Dia menceritakan kisah sedih, yang dialaminya saat berusia 17 tahun. Dibuang dari klub setelah ditinggal sang ayah tercinta pada tahun yang sama.
Ayah Lewandowski, Krzysztof, meninggal karena serangan jantung di usia 49 tahun. Tak lama klub tempatnya bermain, Legia Warsaw, memutuskan mendepaknya. Legia Warsaw beralasan Lewandowski tak bakal kembali pada kondisi semula, setelah cedera yang dialaminya.
"Itu tahun yang sangat sulit. Saat ayah saya pergi, saya harus berusaha menjadi dewasa dengan cepat. Itu masa yang sunggu sulit, tapi saya belajar banyak. Saya masih sangat muda ketika itu, menjadikan sepakbola di atas segalanya, jadi tidak tahu apa yang harus saya lakukan," kata Lewandowski.
Lewandowski memutuskan untuk bangkit, memperlihatkan kemampuannya sebagai seorang pesepakbola. "Saya berpikir harus terus berjuang, untuk menunjukkan apa yang saya bisa lakukan, memperlihatkan bahwa mereka sudah membuat keputusan salah."
Dilansir dari Sports Mail pada Minggu, 31 Januari 2016, sudah lebih dari empat dekade tidak ada kerjasama menakutkan di Bayern Munich, sejak masa Uli Hoeness dan Gerd Mueller. Keduanya memberikan tiga trofi Eropa, selama tiga tahun berturut-turut antara 1974-1976.
Duet mengerikan di barisan depan, kini hadir lagi di Allianz Arena melalui kerjasama Lewandowski dan Thomas Mueller. Di Polandia, negara asal Lewandowski, kini terjadi perdebatan tentang pemain terhebat sepanjang masa. Zbigniew Boniek, Kazi Deyna, Grzegorz Lato atau Lewandowski.
Melihat pencapaian Lewandowski sekarang, sulit mencerna kenyataan, bahwa Lewandowski pernah menjadi pemain yang terbuang. Namun musim ini memang luar biasa, diwarnai bukan cuma satu kisah pemain yang mengalami loncatan performa dan popularitas.
Di Premier League ada penyerang dan gelandang Leicester City, Jamie Vardy dan Riyad Mahrez, serta penyerang Arsenal Olivier Giroud. Mereka tidak dipandang saat remaja. Vardy dan Mahrez, bahkan musim lalu belum dianggap sebagai pemain bertalenta.
Lewandowski mulai menanjak karirnya beberapa musim lalu, setelah diboyong dan diasah Juergen Klopp di Borussia Dortmund. Dia menceritakan kisah sedih, yang dialaminya saat berusia 17 tahun. Dibuang dari klub setelah ditinggal sang ayah tercinta pada tahun yang sama.
Ayah Lewandowski, Krzysztof, meninggal karena serangan jantung di usia 49 tahun. Tak lama klub tempatnya bermain, Legia Warsaw, memutuskan mendepaknya. Legia Warsaw beralasan Lewandowski tak bakal kembali pada kondisi semula, setelah cedera yang dialaminya.
"Itu tahun yang sangat sulit. Saat ayah saya pergi, saya harus berusaha menjadi dewasa dengan cepat. Itu masa yang sunggu sulit, tapi saya belajar banyak. Saya masih sangat muda ketika itu, menjadikan sepakbola di atas segalanya, jadi tidak tahu apa yang harus saya lakukan," kata Lewandowski.
Lewandowski memutuskan untuk bangkit, memperlihatkan kemampuannya sebagai seorang pesepakbola. "Saya berpikir harus terus berjuang, untuk menunjukkan apa yang saya bisa lakukan, memperlihatkan bahwa mereka sudah membuat keputusan salah."